Menengok Suku Baduy di Banten

Jika anda menengok suku Baduy maka akan mendapatkan gambaran umum tentang kehidupan nenek moyang kita dahulu. Lugu, santun dan ramah serta sederhana menyatu dalam pribadi orang-orang Baduy.

KARNOTO- LEBAK, BANTEN

Bulan Oktober 2008, untuk yang ketiga kalinya saya menengok kehidupan suku Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Perjalanan menuju ke lokasi sekarang tidaklah terlalu sulit karena sarana infrastruktur sudah mulai membaik.

Perjalanan kali ini saya ditemani oleh kru dari DAI TV, Jakarta, yang akan meliput relawan pendidikan di suku Baduy. Sekitar pukul 10.00 WIB, kami berangkat dari tol Serang Timur, Kota Serang dengan menggunakan mobil operasional DAI TV.

Tanpa halangan yang berarti pukul 12.00 WIB kami sampai di Ciboleger, sebuah desa yang berbatasan langsung dengan Baduy luar. Di sini kami pun istirahat sekira 20 menit untuk makan siang dan santai sambil mencari seseorang yang bisa membantu kami untuk memberikan pengarahan.

Meskipun cuaca saat itu mendung tapi puluhan orang yang sepertinya anak-anak sekolah, tetap terlihat dan menaiki bukit untuk menuju Baduy dalam yang jaraknya lumyan jauh dan harus ditempuh dengan perjalanan kaki.

Di area parkir sebelah barat utara terlihat mobil Terrano milik Trans7. Setelah mendapatkan seseorang yang kami percaya untuk menemani saya dan rombongan berjalan menuju Baduy luar untuk menemui Jaro atau kepala desa Baduy luar.

Jarak 10 meter dari warung makan yang kami singgahi, kita sudah dapat melihat langsung rumah dan orang-orang Baduy luar. Selain itu, toko-toko yang menjual pernak-pernik khas Baduy pun berjejer. Mulai dari kain selendang, slayer, topi sampai kaos yang bergambar rumah dan tas khas Baduy.

Di sini kita bisa langsung membeli souvenir tersebut, harganya pun cukup terjangaku mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 40.000. Kunjungan kali ini saya tidak masuk sampai ke Baduy dalam. Namun, di Baduy luar pun kita masih sempat melihat langsung dan bericara bahkan berfoto bersama dengan orang Baduy dalam yang masih memegang kuat adat.

Beberapa adat terlihat diantaranya suku Baduy tidak diperkenankan memakai sanda meksipun perjalanan yang ditempuh puluhah kilometer. Pakaian mereka pun hanya dua warna yaitu hitam dan putih. Pada bagian kepala mereka biasa mengikat dengan sal berwarna biru bercorak hitam.

Jika anda ingin melihat lebih jelas dan menikmati sejuknya udara di kawasan Baduy, anda harus melakukan perjalanan kurang lebih 5 jam lebih dan harus menyiapkan tenaga dan perbekalan karena medannya berbukit.

Berarti harus menginap dong?, iya memang anda harus menginap jika ingin menengok kehidupan suku Baduy dalam. Disamping itu perbekalan jangan sampai dilupakan diantaranya ikan asin, terasi, mie instant dan beras. Kita tidak perlu membawa kompor karena warga Baduy bersedia memasak makanan kita.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika akan berwisata budaya di suku Baduy, yaitu tidak boleh membawa odol ataupun deterjen lainnya karena tidak diperbolehkan. Untuk Baduy dalam jangan coba-coba mengambil gambar baik kamera digital maupun handycam karena tidak diperbolehkan oleh adat.

Jika sudah menempuh perjalanan dan sampai di Baduy dalam, kita bisa menginap di rumah salahseorang warga Baduy. Tidak ada ketentuan harus menginap di warga mana yang penting kita harus tunduk pada aturan adapt Baduy. Meskipun adatnya masih berlaku tapi jangan beranggapan bahwa orang Baduy seram. Tidak, mereka justru sangat ramah dan welcome kepada siap tamu yang datang.

Selama diperjalanan kita akan selalu disapa oleh mereka. Bahkan, jika kita datang dan kebetulan buah yang mereka tanam tumbuh maka kita akan mendapat tawaran buah tersebut.

Suku Baduy terbagi dua bagian yaitu Baduy luar dan dalam. Untuk Baduy luar letaknya tidak terlalu jauh dari pemukiman warga biasa. Tak heran, jika kita sudah sampai di perbatasan Ciboleger maka orang-orang Baduy sudah bisa kita lihat. Biasanya orang Baduy turun dari bukit untuk mencari keperluan seperti menjual bahan makanan dan membeli keperluan makan.

Suku Baduy dalam terdiri dari tiga desa yaitu Desa Cibeo, Cikeruta Warna dan Cikeusik. Sementara untuk Baduy luar ada di Desa Keneker perbatasan dengan Ciboleger. Selain memiliki kekhasan pakaian dan rumah, suku Baduy memilik adat tersendiri yaitu seba dan kawalu. Seba adalah tradisi menyetorkan upeti dari hasil tanam kepada pemerintah Banten.

Biasanya Seba ini dilakukan setiap setahun sekali dan dilakukan dengan cara berjalan dari Baduy ke Pendopo Gubernur yang jaraknya kurang lebih 20 kilometer. Mereka berjalan kaki tanpa alas kaki.

Sedangkan untuk kawalu adalah adat Baduy dimana orang luar tidak diperkenankan masuk ke wilayah Baduy hingga acara kawalu selesai. Jika anda tertarik untuk menengok suku Baduy anda bisa datang dengan kendaraan pribadi ataupun umum.

Jika datang dari arah Lampung maka perjalanan dilanjutakan ke Merak dan bisa langsung ke Lebak melalui beberapa jalur. Jika dikira-kira perjalanan dari Merak ke Baduy membutuhkan perjalanan kurang lebih 3-4 jam. Sementara untuk dari arah Jakarta, perjalanan bisa langsung dilanjutkan ke Kota Serang dan langsung ke Lebak diperkirakan perjalanan dari Serang ke Baduy kurang lebih 2 jam.

Anda tidak perlu khawatir tentang keamanan mobil anda, karena warga di Ciboleger dipastikan akan mengamankan kendaraan anda dengan komisi antara Rp 50.000-Rp 100.000 per dua hari, cuku murah bukan?.*****

1 Response to "Menengok Suku Baduy di Banten"

  1. Arie says:
    26 Oktober 2008 pukul 01.59

    salam kenal mas (maaf klo salah),
    saya tinggal di lampung, sudah lama saya sgt tertarik & pengen sekali utk ke suku badui.
    kalau boleh tahu, apa sulit kalau ingin kesana jika sama sekali kami belum pernah kesana? kemudian apakah cukup aman utk perjalanannya, atau ada saran jika kami ingin kesana mas?

    thx & rgrds,
    arie