Duduk di Pelaminan Serambi Mekkah


Siapa yang tak kenal Aceh, daerah yang dikenal Serambi Mekkah ini memiliki beribu cerita dan kisah. Baik yang gagah seperti Cut Nyadien maupun yang memilukan seperti bencana Tsunami beberapa tahun silam. Daerah yang pernah diterpa konflik ini memang menjadi akrab di telinga masyarakat, bukan saja masalah agamanya tapi karakter masyarakat setempat. Tak hanya itu, kekhasan budaya dan tradisi mereka pun menjadi keindahan tersendiri bagi kita.

Pelaminan khas Aceh salah satunya. Pelaminan yang didominasi warna merah ini seolah ciri bagi warga Aceh sendiri yang terkenal penuh semangat. Semangat hidup, semangat untuk berjuang dan semangat untuk menjadi bagian orang lain baik dalam suka mapun duka.

Sabtu (21/6) di tengah sengatan matahari ketika itu, saya diberi kesempatan untuk duduk di pelaminan khas serambi mekkah ini. Tak berbeda memang dengan pelaminan di daerah lain, tapi sejarah dan sejumlah peristiwa menjadikan pelaminan ini memiliki arti tersendiri bagi saya.

Maklum, sampai tahun 2008 bulan Juni saya belum diberi kesempatan untuk bertandang ke Aceh. Tapi, dari pertemuan saya dengan sorang wanita Aceh bernama Cut Putri di arena MTQ Nasional ke 22 di Kota Serang, Banten sedikit banyak tahu tentang Aceh.

Ingin rasanya saya berkunjung ke daerah ini, apalagi ada keinginan untuk melihat lebih dekat kondisi Aceh pasca tsunami. ****

Pawai MTQ Nasional Ke-22 di Kota Serang, Banten

Senin (16/6) merupakan hari yang istimewa bagi masyarakat Banten. Dimana ribuan kafilah dari 33 Provinsi peserta MTQ Nasional ke 22 arak-arakan di sepanjang jalan utama Kota Serang.

Oleh Karnoto

Sekira pukul 13.00 WIB, disaat terik matahari mulai terasa saat itulah iring-iringan kendaraan yang dihiasi dengan ciri khas masing-masing daerah mulai bergerak dari perumahan Kota Serang Baru (KSB) ke alun-alun barat Kota Serang. Ribuan warga dari pelosok Banten memadati sepanjang pinggir jalan untuk menyambut saudara sesama muslim dari berbagai adat, suku, dan daerah.

Tawa dan senyum menghiasa pawai MTQ nasional, para pejabat mulai dari Menteri Agama Maftuh Basuni, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Bupati Serang Taufik Nuriman dan Penjabat Walikota Serang Asmudji tampak melambaikan tangan mereka dari podium yang berada di depan Kantor Walikota Serang di jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di depan Kampus IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, Ciceri.

Sejumlah warga tampak terlihat berbeda ketika melihat iring-iringan kafilah dari Papua Barat. Maklum saja, mereka secara fisik tampak menyolok sekali dan kafilah yang saat itu membawa 200 an personel merupakan kafilah yang berada di ujung timur Indonesia. “Ayo main ke Papua,” kata salah seorang peserta mengajak kepada warga yang hadir saat itu sambil menebar senyum.

Mendapat penawaran itu, sejumlah warga tampak gembira dan menebar senyum sambil mengatakan terima kasih saudaraku selamat datang di Banten. Sementara itu, kafilah dari DKI tetangga terdekat Banten tak ingin ketinggalan untuk mencuri perhatian masyarakat dengan membawa Mpok Nori, artis yang sudah nenek-nenek tapi energik. “Saya mpok Nori nih,” kata dia sambil mejeng saat diambil gambarnya oleh sejumlah warga dan para wartawan.

Dalam setiap kendaraan terdapat sepasang pria dan wanita yang dihiasi dengan pakaian adat masing-masing. Mulai dari Bali, NTT, Sulawesi, Lampung, Sumatera, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan lainnya terlihat cantik dan ganteng. Mereka selalu melambaikan tangan dan menebar senyum kepada warga yang memadati pinggir jalan sejak pukul 12.00 WIB itu.

Indah memang terlihat persaudaraan saat itu, tidak ada kekerasan dan cacian antar sesame meskipun berbeda warna kulit, pakaian, dan bahasa. Inilah sebetulnya wajah Indonesia yang telah dibingkai dengan nilai-nilai ilahiyah yang jauh dari konflik dan pertengkaran.