Mudik, Rekreasi, dan Nikmatnya Rasa Telur Asin


Perjalanan mudik menuju kampung halaman menjelang Hari Raya Idul Fitri selalu identik dengan kemacetan yang menyebalkan. Apakah hanya kemacetan yang ditemukan sepanjang perjalanan? Sebenarnya ada banyak hal menarik yang bisa dinikmati sepanjang jalan sebagai penghibur lara pejalanan. Perjalanan mudik pun bisa menjadi perjalanan rekreatif yang menyenangkan.

Nah, bagi Anda yang ingin melintas Jawa Tengah, cobalah untuk menikmati "pesona" telur asin. Siapa tak kenal telur asin buatan Brebes, Jawa Tengah? Rasa kuning telurnya yang masir (karena saat dikunyah, di lidah terasa seperti ada pasir) begitu memikat lidah. Seperti daerah lain di Brebes, Ketanggungan yang berada di jalur alternatif pantai utara Jawa juga terkenal sebagai produsen telur asin.

Jalur alternatif Ciledug, Jawa Barat, hingga Ketanggungan, Brebes, Jawa Tengah, bisa menjadi pilihan bagi pemudik dari Jakarta menuju Tegal, Slawi, Brebes, Semarang, atau Purwokerto. Meskipun bersuasana pedesaan, jalan di jalur tersebut ramai dan cukup lebar, sekitar delapan meter.

Jalan di sepanjang jalur alternatif Ciledug- Ketanggungan merupakan jalur datar dan rata. Memang di beberapa bagian terdapat bekas tambalan dan aspal yang mengelupas sehingga agak mengganggu kenyamanan berkendara, tetapi memilih mudik lewat jalur ini tak akan rugi.

Apabila melewati jalur alternatif tersebut, pemudik bisa sejenak melepas lelah di Ketanggungan untuk berbelanja telur asin dan bawang merah yang merupakan produk khas Kabupaten Brebes. Ketanggungan adalah salah satu kecamatan di wilayah tengah Kabupaten Brebes, yang saat ini terus berkembang menjadi kota kecil.

Setelah Terminal Ketanggungan, terdapat deretan lebih dari 15 kios penjual telur asin rebus dan panggang. Harga telur asin rebus Rp 2.000-Rp 2.300 per butir, sedangkan harga telur panggang yang berwarna kecoklatan dan lebih kesat Rp 2.500- Rp 2.800 per butir. Saat Lebaran, mungkin harga naik Rp 300-Rp 500 per butir karena pasokan telur asin mentah berkurang.

Dari pertigaan Terminal Ketanggungan, pemudik bisa terus melewati jalur alternatif dengan belok ke kanan. Di daerah itu ada banyak rumah makan untuk berbuka puasa bagi yang menunaikannya. Menunya rata-rata sate kambing dan ayam goreng.

Punya masalah pada kendaraan? Tetaplah tenang karena di Ketanggungan dan sekitarnya terdapat sekitar lima bengkel kendaraan, mobil atau sepeda motor. Di sepanjang jalan tersebut juga terdapat anjungan tunai mandiri (ATM) bersama sehingga demi praktis dan aman tak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar saat mudik atau balik.

Setelah berjalan sekitar 1,5 kilometer, pemudik akan sampai pada persimpangan menuju Tegal, Slawi, Brebes, dan Puwokerto. Rambu penunjuk arah di persimpangan ini dilengkapi dengan jarak menuju kota-kota tersebut. Waspadailah kawasan ini sebab saat melewati pelintasan tersebut kemungkinan terjadi penumpukan kendaraan. Pasalnya, pada lokasi tersebut terdapat pasar yang rawan macet.

Di Desa Kubangwungu (jalur menuju Purwokerto), pemudik juga bisa menyaksikan usaha rakyat, industri pembuatan tambang untuk kapal. Para perajin yang merupakan warga sekitar membuat tambang berukuran besar menggunakan alat tradisional menyerupai kincir. Usaha itu turun-temurun sejak puluhan tahun silam. Mereka memintal limbah kain menjadi gulungan-gulungan tali yang kuat. Industri tersebut tidak hanya mencerminkan tumbuhnya sektor ekonomi rakyat, tetapi juga bisa menjadi obyek foto menarik bagi pemudik yang menyukai fotografi. [sumber:www.kompas.com]

"Rambo"? Itu Omong Kosong


Cu Chi (3-Habis): Cerita Cu Chi terkadang mengingatkan film-film Perang Vietnam buatan Hollywood yang begitu beragam. Salah satun yang terkenal adalah Rambo, sampai dibuat secara serial.

Rambo, yang dikisahkan sebagai tentara Amerika Serikat (AS) yang tangguh, mampu memorak-porandakan Vietnam. Dengan cara dan ketangkasannya, dia sering sendirian mampu menghancurkan atau melumpuhkan Vietkong.

Bagi Amerika, Rambo seolah sudah menjelma menjadi pahlawan nyata dan menegaskan kemenangan Amerika. Padahal, itu hanya cerita fiktif, dan menurut orang Vietnam, Rambo merupakan kebohongan besar. Sebab, tak pernah ada tentara AS yang sebegitu hebat semasa Perang Vietnam.

"Rambo? Oh, itu kebohongan. Itu hanya sebuah konsep Amerika. Kenyataannya, tak pernah ada tentara Amerika seperti itu. Justru mereka di sini selalu tak tenang dan resah karena serangan Vietkong bisa datang dari mana saja dan kapan saja," ungkap Hung Tran, seorang direktur sebuah agen wisata yang menguasai sejarah Vietnam.

Menurutnya, memang sesekali tentara AS menghancurkan Vietkong. Namun, itu lebih karena kecanggihan senjata mereka. Amerika tak pernah benar-benar bisa melumpuhkan kekuatan Vietkong. Bahkan, menghancurkan terowongan Cu Chi yang menjadi benteng dan persembunyian mereka saja, Amerika telah gagal.

"Bom dan bom sering menghujani daerah terowongan. Namun, itu hanya merusak lapisan atas atau sektor tertentu dan tak pernah bisa menghancurkan tempat-tempat vital. Sebab, sangat sulit menemukan sektor-sektor vital itu," ungkap Hung.

Hung dan rakyat Vietnam lainnya merasa, merekalah pemenang perang lawan AS yang berlangsung dari 1955 sampai 1975 itu. Maka, mereka menganggap film-film Hollywood tak ada yang benar karena selalu berpihak kepada Amerika. Film-film itu hanya upaya Amerika menutup rasa malu karena kalah di Vietnam. Sebab itu, film-film itu tak boleh diputar di Vietnam.

Nhi Nguyen punya cerita tersendiri. Wanita asal daerah Mekong yang pernah sekolah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta itu, melihat film Perang Vietnam buatan Hollywood di Yogyakarta. Di negerinya, dia tak pernah menyaksikan film seperti itu.

"Saat itu saya menonton televisi di kos yang menampilkan film Hollywood tentang Perang Vietnam. Menyimak jalan ceritanya, saya geram sekali. Sebab, Amerika dikisahkan selalu menang dan berada di pihak yang benar. Rasanya ingin saya banting saja televisi itu," cerita Nhi.

Hung merasa yakin, negaranya menang atas Amerika. Dia juga yakin tak ada seorang tentara AS yang begitu perkasa sendirian seperti halnya Rambo. Salah satu alasannya adalah terowongan Cu Chi. Terowongan ini begitu hebatnya dan menjadi kunci kesuksesan perlawanan Vietnam kepada AS.

"Terowongan ini tak pernah bisa ditaklukkan siapa pun. Selain panjangnya 250 kilometer, struktur dan petanya rumit," ungkap Hung.

Bahkan, lanjutnya, Amerika frustrasi, waswas, dan sering porak-poranda karena adanya terowongan itu. Bagaimana tidak, Amerika tak pernah bisa tahu kapan dan dari mana Vietkong muncul untuk menyerang. Sebab, lubang ada di mana-mana.

"Vietkong menggali terowongan hingga di bawah markas AS. Kadang malam-malam hanya satu orang yang muncul dari tanah, kemudian menembak tentara AS. Ini membuat tentara AS tak pernah tenang setiap saat. Di saat tertentu, gerilyawan Vietnam bisa menyerang dan memorak-porandakan tentara AS atas bantuan terowongan itu," kisahnya.

Di wilayah Cu Chi memang terdapat banyak bekas-bekas perang. Salah satunya sebuah tank Amerika yang hancur diserang Vietkong, saat mereka mencoba menyerang terowongan. Tank M41 itu hancur justru oleh barang-barang yang ditinggalkan Amerika. Tank tersebut sengaja dibiarkan di tempat aslinya untuk dibanggakan dan dipertunjukkan kepada pengunjung bahwa Vietnam pernah menghancurkan tank.

"Tentara Amerika sering membuang tempat makan dari logam sembarangan. Itu diambil tentara Vietnam untuk diisi amunisi dan menjadi granat. Sementara itu, amunisinya kadang dari peluru bom yang tak meledak," ungkap Hung.

Meski begitu, menurutnya, rakyat Vietnam tidak dendam kepada Amerika. Sebab, kini mereka sudah terbuka untuk bersahabat dengan negara lain.

"Kami ingin bersahabat dengan negara mana pun. Sebab, perdamaian lebih nikmat daripada peperangan. Sekarang kami hanya berkonsentrasi membangun kehidupan lebih baik," terangnya. [Laporan wartawan KOMPAS.com Hery Prasetyo]

Ibu Bunuh Anak Sendiri karena Amerika


Cu Chi (2): Sebagai tempat komunitas Vietkong, terowongan Cu Chi memiliki banyak kisah. Salah satunya seorang ibu terpaksa membunuh anak sendiri di terowongan itu.

Sepanjang Perang Vietnam antara tahun 1955 sampai 1975, Amerika Serikat (AS) selalu disulitkan oleh pola gerilya Vietkong. Sebab, mereka selalu bersembunyi di terowongan yang tak mungkin bisa dikejar tentara AS.

Namun, tentara AS selalu berusaha menemukan terowongan demi terowongan, kemudian dihancurkan dengan bom. Beberapa kali, tentara AS memang berhasil menemukan dan sukses menghancurkannya. Namun, ternyata itu hanya sebagian kecil dari 250 kilometer terowongan yang dibuat Vietkong.

"Tentara AS hanya mampu menghancurkan lapisan pertama terowongan itu. Selebihnya, mereka tak bisa menjangkau lapisan atau bagian lain. Sebab, AS benar-benar buta tentang peta terowongan itu," ungkap Hung Tran, seorang pengusaha wisata yang ayahnya tentara Vietnam.

Namun, tak jarang pula bom yang diledakkan AS di sekitar terowongan cukup mematikan puluhan, bahkan ratusan Vietkong dan keluarganya. Namun, hanya wilayah itu yang hancur, tak sampai merambah wilayah lain. Sebab, terowongan itu sangat panjang dan luas.

Suatu hari, AS mengerahkan pasukan terbesarnya untuk mencari dan menghancurkan terowongan Vietkong. Rupanya, ini juga diketahui para Vietkong sehingga mereka tetap bersembunyi di ruang-ruang bawah tanah.

Di salah satu sektor ruang bawah tanah, ada seorang ibu yang akan melahirkan. Ibu tersebut bernama Lny. Sementara itu, tentara AS tepat berada di atas mereka.

Karena sudah saatnya, anak itu terlahir pula. Seperti halnya bayi yang baru lahir, anak itu pasti menangis. Namun, sebelum anak itu bisa mengeluarkan suara, Lny memencet hidungnya agar tak menangis, sampai meninggal dunia.

"Ini dia lakukan sebagai bentuk pengorbanan kepada negara dan komunitas Vietkong. Sebab, jika anak itu sampai menangis, maka tentara AS di atasnya akan mendengar sehingga sektor itu bisa dihancurkan dan akan ada puluhan atau bahkan ratusan korban jiwa," cerita Nhi Nguyen, wanita asal Mekong.

Bayi Lny meninggal, tetapi komunitas Vietkong di sektor itu selamat. Sebab, tentara AS tak menemukannya. Lny sendiri, setelah sehat, akhirnya memutuskan menjadi tentara wanita melawan AS.

Namun, setelah merdeka pada 1975, dia tak bisa ikut merasakan kebahagiaan seperti orang Vietnam lainnya. Sebab, Lny menjadi gila karena merasa berdosa kepada anaknya dan sangat kehilangan.

"Lny ke mana-mana membawa boneka dan sering menangis. Namun, Pemerintah Vietnam merawat dan menghidupinya, juga menganggapnya sebagai salah satu pahlawan," cerita Nhi.

Tak hanya itu kisah sedih seputar Cu Chi. Saking kesulitan dan mangkelnya, AS sering menyerang membabi buta ke wilayah-wilayah terowongan. Bahkan, ditengarai mereka juga menggunakan zat kimia.

"Efek zat kimia sangat luar biasa. Sampai perang usai, masih berdampak karena sudah merasuk ke udara, air, dan tanaman," timpal Hung Tran.

Karena itu, di wilayah Cu Chi akhirnya banyak anak yang lahir dalam keadaan cacat. Ini karena pengaruh sisa-sisa zat kimia dari senjata AS.

"Pemerintah Vietnam menyediakan fasilitas pendidikan buat mereka dan menjamin penghidupannya. Yang bisa diajarkan untuk mandiri diberi berbagai pendidikan dan keterampilan sehingga nanti bisa mandir. Sementara itu, yang tak bisa mandiri dipelihara oleh negara," terang Nhi.

Orang-orang Amerika sendiri kini sering berkunjung ke Vietnam untuk berwisata. Mereka kadang mengunjungi orang-orang yang terlahir cacat akibat kimia tinggalan AS tersebut.

"Banyak orang Amerika yang sampai menangis sedih menyaksikan akibat dari serangan mereka pada masa perang. Mereka kemudian meminta maaf," ungkap Hung. [Laporan wartawan KOMPAS.com Hery Prasetyo]

Ribuan Orang Hidup di Bawah Tanah

Cu Chi (1): Cu Chi amat dibanggakan orang Vietnam. Terowongan tikus ini menjadi simbol kejayaan dan kemenangan mereka atas Perancis, Pemerintah Vietnam Selatan, juga Amerika Serikat.

Tak ada senjata hebat yang dimiliki Vietnam semasa perang. Kunci terbesar kemenangan mereka justru ada pada terowongan tersebut. Ini juga menjadi simbol frustrasi dan kekalahan Amerika dalam perang Vietnam.

Cu Chi merupakan nama terowongan bawah tanah yang digali orang Vietnam semasa perang. Terowongan itu awalnya dibuat pada masa penjajahan Perancis. Perancis sendiri mulai menjajah Vietnam pada 1859. Pada 1941, mereka sempat menyingkir karena diusir Jepang. Namun, setelah kekalahan Jepang, Perancis kembali lagi. Sementara itu, Viet Minh (gerakan kemerdekaan) pimpinan Ho Chi Minh sudah menguasai Vietnam Utara dan melakukan perlawanan.

Perang ini sampai 1954. Semasa itu, Perancis yang menguasai Vietnam Selatan melakukan kerja paksa. "Rakyat Vietnam seperti menghadapi buah simalakama. Menuruti kerja paksa akhirnya mati, menolak juga mati. Tapi, mereka sebagian besar akhirnya memilih menolak dan sembunyi. Maka, dibuatlah terowongan untuk bersembunyi dari Perancis dan kerja paksa," ungkap Hung Tran yang ayahnya tentara Vietnam.

Setelah perang Viet Minh dan Perancis berakhir pada 1954, Amerika Serikat (AS) muncul. Mereka mendukung Perancis dan Pemerintah Vietnam Selatan yang republik. Maka, terowongan itu diperluas lagi oleh orang Vietnam, terutama yang prokomunis atau pemerintahan Vietnam Utara.

Perang lawan AS semakin panas. Terowongan itu pun terus diperpanjang sebagai markas dan benteng Vietnam pro-Hanoi (Viet Minh). Karena perang terus berlangsung, maka terowongan juga terus diperluas dan diperpanjang, terutama pada 1966-1968, sampai akhirnya mencapai 250 kilometer. Sungguh luar biasa. Apalagi, di dalamnya hidup sekitar 10.000 orang Vietnam, tentara, dan keluarganya. Sebab, hanya dengan demikian, mereka lebih aman dari kejaran AS.

Hebatnya, terowongan ini dibuat dengan cara manual, memakai alat-alat pertanian. Namun, hasilnya sangat luar biasa.

Terowongan ini tak hanya panjang, tetapi juga dirancang sangat bagus dan strategis. Berpusat di daerah Cu Chi, Hoj Non, sekitar 70 kilometer di luar Kota Ho Chi Minh (Saigon), Cu Chi memiliki tiga saf. Saf pertama bertinggi 3 meter, saf kedua 6 meter, dan saf ketiga 10 meter. Banyak area yang menjadi tempat tinggal. Untuk menghubungkannya, dibuat terowongan kecil yang hanya bisa dilewati secara jongkok oleh orang-orang kecil seperti orang Vietnam.

Di terowongan ini terdapat rumah sakit untuk merawat yang sakit, dapur, tempat sekolah, juga tempat membuat senjata. Tentara, wanita, dan anak-anak hidup di sini selama perang lawan AS.

Jangan harap mudah menemukan tempat ini. Kalaupun bisa, paling hanya sebagian dan akan kehilangan bagian lainnya. Sebab, terowongan ini dibuat dengan pintu masuk amat kecil, hanya cukup untuk ukuran orang Vietnam yang kecil. Memang ada pintu-pintu cukup besar, tetapi sangat tersembunyi dan dijaga ketat.

"Setiap sektor di terowongan dipimpin oleh empat orang. Mereka hanya menguasai sektornya saja. Dengan demikian, jika tertangkap, mereka tak bisa menjelaskan bagian lainnya. Hanya para pimpinan yang tahu detail peta terowongan bawah tanah itu," papar Hung.

Setiap ruang di terowongan itu juga hanya dihubungkan terowongan amat kecil. Hanya bisa dilewati dengan cara jongkok. Bagi orang Vietnam yang dulu kecil-kecil, ini amat mudah. Bagi tentara AS yang besar dan tinggi, mereka jelas kesulitan, bahkan tak bisa masuk.

AS amat kesulitan mencari dan mengatasi perlawanan Vietnam. Terowongan itu sering dibuat sampai ke bawah markas AS. Mereka muncul, senantiasa membuat teror. Oleh karena itu, tentara AS tak pernah dibuat aman.

Beberapa kali AS berusaha menemukan dan menghancurkan terowongan ini, tetapi tak pernah berhasil. Padahal, AS sampai mengeluarkan senjata-senjata berat berupa bom-bom besar.

"Terowongan ini dibuat dengan pertimbangan dan desain yang bagus. Mungkin AS bisa mengebom, tapi hanya bisa merusak lapisan atas. Lapisan lainnya tetap aman. Bahkan, AS pernah memasukkan zat kimia, tapi tetap saja gagal masuk ke bagian paling vital," ungkap Hung.

Maka, AS tak pernah sukses melawan Vietnam. Bahkan, beberapa kali mereka terjebak oleh senjata-senjata rahasia Vietnam yang sederhana, tetapi berdampak besar. Bahkan, tank-tank AS pun sering bisa dilumpuhkan.

Selama AS berada di Vietnam, Vietkong (orang Vietnam yang membela Vietnam Utara pro kemerdekaan) berada di terowongan itu, terutama Vietkong yang berada di Vietnam Selatan. Terowongan ini menjadi basis perlawanan terhadap AS. Jadi, AS harus menghadapi Vietkong dari terowongan, juga dari Vietnam Utara.

Satu-satunya jalan agar selamat memang tetap tinggal di terowongan itu. Adapun makan-minum dan kebutuhan lain disuplai oleh para Vietkong yang menyamar. Selain itu, jika malam hari, sebagian keluar mencari makanan dan mencari senjata. Mereka juga punya tempat kerja untuk membuat senjata-senjata sederhana.

Dari hari ke hari, Vietkong yang tinggal di terowongan itu makin banyak. Bahkan, puncaknya mencapai 10.000 orang, baik tentara gerilyawan, wanita, dan anak-anak. Terowongan itu juga dilengkapi lubang udara yang rapi dan bisa masuk secara menyeluruh. Sebagian lubang udara terdapat di gundukan tanah yang dibuat menyerupai sarang semut. Selain itu, lubang juga ada di bawah pohon-pohon yang tertutup akar.

Akhirnya, pada 1975, AS menyerah dan memutuskan kembali ke negaranya. Vietnam pun merdeka, dan Vietkong yang hidup di terowongan pun keluar merayakan kemenangan itu.

"Saya waktu itu baru berumur lima tahun. Tapi, saya masih ingat kemeriahan menyambut kemerdekaan itu. Waktu itu," ujar Hung.

Baru tahun 1975 itu pula Vietkong yang tinggal di bawah tanah keluar secara bebas. Artinya, mereka hidup di bawah tanah sekitar 20 tahun. Sebuah rekor luar biasa. Ini berkat desain Cu Chi yang sangat bagus dan mengagumkan.

Terowongan Cu Chi pun kini dirawat oleh Pemerintah Vietnam. Sebab, ini menjadi simbol kemenangan mereka atas AS, sekaligus simbol frustrasi dan kekalahan AS. Saat ini, Cu Chi justru menjadi obyek wisata yang menarik.[ Laporan wartawan KOMPAS.com Hery Prasetyo]

Guci di Kota Bahari


Semua orang tegal pasti tahu Guci.Sebuah Obyek Wisata Di Kaki Gunung Slamet.Sebuah Objek Wisata Berupa Pemandian Air Panas yang sangat terkenal di Tegal.

Di Guci ada sekitar 10 air terjun yang terdapat di daerah Guci. Di bagian atas pemandian umum pancuran 13, agak jauh sekitar satu kilometer, terdapat air terjun dengan air dingin bernama Air Terjun Jedor. Dinamai begitu karena dulu tempat di sekitar air terjun setinggi 15 meter itu adalah milik seorang Lurah yang bernama Lurah Jedor. Sambil jalan-jalan menikmati pemandangan pepohonan pinus, Anda dapat merasakan kesejukan daerah ini.

Kalau Anda capai dan merasa tidak berminat untuk jalan-jalan, Anda dapat menyewa kuda untuk berkeliling dan melihat air terjun. Cukup dengan uang Rp 15.000 Anda dapat menikmati pemandangan tanpa merasa lelah dan sekaligus bisa belajar menunggang kuda.

Objek wisata ini biasanya ramai dikunjungi pada malam Jumat Kliwon. Banyak orang yang ngalap berkah. Konon, kalau mandi pada jam dua belas malam dengan memohon sesuatu, permohonan apapun akan dikabulkan. Kepercayaan ini sudah turun-temurun.

Bila Anda ingin merasa puas berkeliling di area wisata seluas sekitar 210 hektar ini, Anda dapat menginap di daerah ini selama beberapa hari. Ada banyak penginapan di sini, dari kelas melati sampai berbintang. Dan jangan lupa untuk membawa oleh-oleh kalau pulang. Di sini Anda membeli sayuran segar dengan harga murah seperti wortel, kol, slada air, tomat, sawi, buah pisang dan alpukat. Atau makanan kecil khasnya; sate manisan ceremai.

Cobalah, dan Anda akan merasakan kesegaran dan keindahan berlibur. Objek wisata ini terletak di kaki Gunung Slamet bagian utara dengan ketinggian kurang lebih 1.050 meter dari kota Slawi sekitar 30 km atau dari kota Tegal berjarak tempuh sekitar 40 km ke arah selatan. Di tempat wisata ini telah tersedia berbagai macam fasilitas seperti penginapan, wisata hutan (wana wisata), kolam renang air panas, lapangan tennis, lapangan sepak bola, dan bumi perkemahan.

Guci mudah dijangkau. Dari Slawi Anda bisa naik mini bus jurusan Bumi Jawa dengan ongkos Rp 5.000. Setelah sekitar tiga puluh menit, Anda berhenti di Desa Tuwel. Di situ banyak kendaraan bak terbuka menunggu penumpang menuju Guci. Anda cukup membayar kendaraan itu dengan Rp 5.000 saja. Tigapuluh menit Anda akan sampai tempat wisata yang sungguh menarik ini.[Sumber: www.tegal.wordpress.com]

Wisata di Kota Telor Asin


Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Brebes diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakan kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah dan pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan sebagai potensi kepariwisataan. Kabupaten Brebes cukup kaya akan beragam potensi yang bisa menarik minat orang untuk berkunjung yang ditunjang dengan beragam potensi pendukung yang lain.

Waduk Malahayu
Obyek Wisata yang terletak + 30 km dari kota Tanjung/Jalan raya Brebes-Cirebon, tepatnya di desa Malahayu kecamatan Banjarharjo sebuah tempat wisata waduk yang menawarkan kesejukan, suasana yang nyaman dan keindahan alam yang nyaman dan keindahan alam yang mempesona dilengkapi perahu (sampan), kolam renang anak dan becak air. Selain itu juga dapat diperoleh kerajinan tangan khas daerah tersebut yaitu keramik Malahayu, tape ketan daun jambu dan pisang khas Banjarharjo.



Pemandian Air Panas


Cipanas Buaran
Terletak 10 km sebelah barat kota Bumiayu, tepatya di desa Buaran, Kecamatan Bantarkawung, merupakan tempat pemandian air panas yang mengandung belerang, dilengkapi tempat penginapan yang mudah, kolam renang dan mainan anak-anak serta karaoke.


Tirta Husada
Temat pemandian air panas terapi untuk penyakit pegal-pegal, rheumatik, dan juga sebagai tempat rekreasi yang cukup nyaman, terletak di desa Kedungoleng Kecamatan Paguyangan.

Pantai Randusanga
Berjarak 12 km kearah utara kota Brebes, dengan panorama pantai yang indah dan kini dikelola oleh perusda milik Pemerintah Kabupaten Brebes, dengan fasilitas mainan anak-anak, sarana olahraga, mandi laut, arena balap motor/gras track, camping ground dan makanan khas ikan laut. Cocok untuk rekreasi pantai dan tersedia oleh-oleh khas Brebes seperti Telor Asin, Bawang Merah dan lain-lain.


Telaga Ranjeng
Jarak tempuh +/- 10 km kearah pabrik Teh Kaligua, sebuah hutan lindung dengan telaga alam yang dipenuhi oleh ribuan ikan lele.


Kebun Teh Kaligua
Jarak tempuh +/- 10 km kearah timur dari kecamatan Paguyangan, Pesona kebun Teh dan pemandangan alam yang indah, Gua Jepang yang bersejarah, sebuah paket wisata pegunungan yang mengasyikkan.

Waduk Penjalin
Tempat wisata yang terletak di desa Winduaji Kecamatan Paguyangan, sebagai tempat wisata yang cukup indah dan nyaman, udara yang sejuk juga untuk pemancingan ikan air tawar.


Hotel Kencana
Hotel milik Pemerintah Kab. Brebes yang terletak di Jl. Raya Gajah Mada No. 62 Telp (0283) 672001 dengan fasilitas : Kafe, Karaoke, Souvenir, Meeting Room dan parkir yang luas.

Kolam Renang Tirta Kencana
Kolam Renang milik Pemerintah Kabupaten Brebes terletak di komplek GOR Sasana Krida Adhy Karsa Birahi Brebes yang bertarap Nasional, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Brebes di bidang wisata dan Olah raga renang. Fasilitas : Kantin, Kios Souvenir, dan tempat olahraga. Jarak dari pusat kota Brebes kurang lebih 1 km.

Gemericik Air Kebun Teh


Sejuk dan alami. Begitulah kesan yang diperoleh saat kita berkunjung ke Tuk atau Telaga Bening, di tengah perkebunan teh Kaligua, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Udara yang nyaris bebas polusi, menghilangkan penat dan rasa lelah.
Gemericik air dari tuk menjadi nyanyian alam yang selalu menghiasi kawasan tersebut. Seperti namanya, air Tuk Bening benar-benar bening dan bersih dari kotoran. Air tersebut tidak hanya dapat digunakan untuk mencuci muka, tetapi juga diminum.
Kebun Teh Kaligua merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Brebes yang berada dalam pengelolaan PT Perkebunan Nusantara IX. Kawasan tersebut berada di kaki Gunung Slamet pada ketinggian antara 1.500 hingga 2.100 meter di atas permukaan air laut.
Berjarak sekitar 20 kilometer dari ibu kota Kecamatan Bumiayu, Brebes, Kebun Teh Kaligua dapat dicapai dalam waktu sekitar 30 menit dari Bumiayu, dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sekitar dua kilometer di bawah kawasan wisata tersebut, pengunjung juga dapat melihat obyek wisata Telaga Ranjeng, yaitu telaga yang dipenuhi dengan ikan lele.
Sebagai sebuah perkebunan, Kaligua didominasi tanaman teh yang tertata rapi. Meskipun demikian, kawasan tersebut juga menawarkan fasilitas wisata lain yang tak kalah istimewa. Salah satunya yaitu Tuk Bening dan arena kegiatan luar ruang (outbond), yang terletak pada satu kawasan.
Air Tuk Bening terus mengalir sepanjang hari, di atas bebatuan besar yang bisa digunakan untuk pijakan kaki. Pengelola Wisata Kebun Teh Kaligua, Marjono, menuturkan, air Tuk Bening berasal dari sumur dalam tanah. Air tersebut belum terkontaminasi kotoran, sehingga layak untuk diminum. "Dari segi ilmiah, air itu masih benar-benar bersih dan belum terkontaminasi apa pun," ujarnya.
Di antara gemericik air bening tersebut, pengunjung bisa menikmati wisata alam lainnya, melalui outbond. Menurut Marjono, pihaknya menawarkan lima jenis permainan, yaitu merayap dengan mata tertutup, memindahkan racun dengan tali, jembatan goyang, titian di atas samudra, dan pipa bocor.
Semua peralatan dan instruktur sudah disediakan oleh pengelola obyek wisata. Biaya outbond relatif murah, hanya Rp 100.000 per regu, berisi maksimal 10 orang. "Kami memiliki instruktur tiga angkatan yang bersertifikat provinsi, jumlahnya delapan orang," kata Marjono.
Untuk mencapai lokasi Tuk Bening maupun arena outbond, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun menyewa kereta wisata yang disediakan oleh pengelola obyek wisata tersebut. Kereta dengan kapasitas tujuh orang tersebut dapat dinikmati dengan biaya Rp 100.000.
Selain ke Tuk Bening, kereta wisata juga siap mengantar pengunjung berkeliling kebun, hingga puncak Sakub, pada ketinggian 2.050 meter di atas permukaan air laut. Pada puncak Sakub, pengunjung bisa melihat dengan jelas puncak Gunung Slamet.
Pengelola Wisata Kebun Teh Kaligua juga menyediakan wisata paket dengan harga terjangkau. Di sana tersedia 19 kamar penginapan dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 400.000 per malam. [Sumber: Kompas]

Mencoba Paket Wisata Banten

Deburan ombak Pantai Selatan Banten tepatnya di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang seolah menyambut baik kedatangan sekitar 50 orang tamu dari rombongan uji coba paket wisata Banten 2009 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten. Mereka datang untuk menikmati indahnya pantai di pulau yang memiliki luas sekitar lima hektare tersebut.


Rombongan tiba di pulau yang diberi nama Pulau Umang tersebut sekitar pukul 17.00 WIB beberapa waktu lalu setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Hotel Patrajasa di Pantai Anyer, Kabupaten Serang, Banten.

Untuk menyeberang ke pulau yang terletak di teluk Panaitan yang membentang di perairan antara Tanjung Lesung di sebelah utara dan Ujung Kulon di sebelah selatan itu, rombongan membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk menyeberang dari dermaga di Kecamatan Sumur ke pulau tersebut dengan kapal motor berkapasitas maksimal 20 orang.

Setibanya di pulau Umang rombongan langsung disambut senyum ramah para pemandu wisata yang mempersilakan para tamunya untuk beristirahat di lobi dengan bentuk bangunan di atasnya seperti umang, salah satu hewan laut sejenis siput.

Di dalam bangunan lobi itu berisi deretan sofa berwarna putih, kursi dari kayu, meja makan dan satu panggung kecil, sementara di depannya membentang sebuah kolam renang yang letaknya berhadapan langsung dengan bibir pantai di sebelahnya ada dermaga satu-satunya di pulau tersebut.

Para tamu disuguhi jamuan makan malam di pinggir pantai dengan aneka jenis masakan ikan laut, diringi alunan musik pop yang memecah kesunyian. Semilir angin laut meniup pepohonan yang ada di sepanjang pantai pulau tersebut. Kemudian acara dilanjutkan dengan diskusi yang membahas pengembangan pariwisata di Provinsi Banten dengan melibatkan dinas/intansi serta pihak terkait.

Setelah menginap satu malam di Pulau Umang, keesokan harinya rombongan melakukan uji coba paket wisata Banten. Ada aneka hiburan di pantai yang bisa dinikmati seperti menyelam, naik banana boat serta menikmati kelapa muda yang disajikan pengelola di Pulau Oar sekitar 10 menit perjalanan dengan kapal motor dari Pulau Umang.

Deklarasi Umang

Sebelum mengakhiri perjalanan uji coba paket wisata tersebut, sejumlah pihak terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, PHRI, HPI, Asita dan unsur Pers menandatangani kesepakatan untuk berupaya membantu pengembangan pariwisata di Provinsi Banten yang dikemas dalam sebuah deklarasi dengan sebutan "Deklarasi Umang".

Uji coba paket wisata Banten 2009 merupakan salah satu program yang digagas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dengan mengikutsertakan salah seorang perwakilan dinas/intansi terkait di Provinsi Banten di antaranya Dinas Perhubungan, Dinas PU, Dinas Kelautan dan Perikanan dan beberapa dinas lainnya.

Selain itu, uji coba paket wisata tersebut melibatkan unsur terkait lainnya di antaranya Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), unsur pers dan beberapa agen perusahaan travel.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Ranta Suharta mengatakan, uji coba paket wisata tersebut merupakan satu langkah terobosan dalam upaya untuk mempromosikan wisata Banten sekaligus mengevaluasi apa kekurangannya dari wisata di Banten.

"Kami ingin menyatukan persepsi dan meminta masukan dari pihak terkait bagaimana upaya untuk memajukan pariwisata di Banten," kata Ranta Suharta usai melepas rombongan uji coba paket wisata Banten 2009 dari Rumah Makan S'Rizki di Serang.

Ia mengatakan, dengan uji coba paket wisata Banten yang melibatkan unsur terkait tersebut diharapkan adanya kesamaan persepsi untuk memajukan dunia pariwisata di Banten. Selain itu, dengan kegiatan tersebut diharapkan adanya saling mengoreksi kekurangan dan kelemahan baik dari pihak yang memberikan pelayanan seperti perusahaan travel, maupun dari fasilitas objek wisata yang disajikan kepada para wisatawan itu sendiri.

Rombongan paket wisata Banten 2009 berangkat menggunakan satu kendaraan bus dari Rumah Makan S'Rizki di Serang menuju sentra kerajinan Batik Banten di Jalan Bhayangkara Serang, kemudian dilanjutkan menuju objek wisata ziarah Mesjid Agung Banten Lama dan Museum Purbakala Banten Lama yang menempuh sekitar 30 menit perjalanan dari Kota Serang.

Usai melihat berbagai benda purbakala peninggalan sejarah Kesultanan Maulana Hasanuddin di Musium Purbakala Banten Lama, rombongan dengan dipandu petugas dari DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Banten, kemudian melanjutkan perjalanan melihat situs-situs peninggalan yang berada di sekitar lokasi Banten Lama seperti Benteng Speelwijk, Vihara Avalokitesvara, Mesjid Pecinan.

Selanjutnya rombongan kembali melanjutkan perjalanan sekitar satu jam menuju Hotel Patrajasa di Pantai Anyer, Serang yang merupakan salah satu objek wisata dari rangkaian paket wisata Banten 2009 sebelum akhirnya mampir di Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan terakhir di Pulau Umang di sekitar wilayah Ujung Kulon. [www.kompas.com]

Rekreasi di Sekolah


Sekolah adalah tempat yang menyenangkan sekaligus menambah wawasan. Prinsip ini harus menjadi pegangan bagi pengelola pendidikan agar mampu merubah imaje sebelumnya, dimana sekolah adalah tempat yang membosankan sekaligus banyak mengandung unsur paksaan, yang terkadang tidak menghargai hak-hak anak.


Oleh Ummu Hazimah Ayu Fadia


Akhir pekan di pertengahan Juli 2009, tepatnya Minggu (18/7/2009) sekitar pukul 16.00 WIB. Disaat matahari mulai beranjak ke peraduannya, bulan mulai mengintip sore dan tumbuhan mulai terlihat lemas. Kami bertiga menyambangi kawasan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nur El-Qolam, di Komplek Perumahan Banjaragung, Kota Serang, Provinsi Banten.

Warna hijau muda yang melekat di dinding sekolah menyatu dengan warna aneka tanaman di sekitar area tersebut. Arsitektur dan warna sekolah yang dipimpin oleh Zaenal Arifin, ini memiliki karakter kuat lekat dengan nuansa alamnya. Meskipun tidak sama persis dengan sekolah alam tapi dilihat desain bangunan dan polanya, sekolah ini layak menjadi pilihan bagi anak-anak.

Bukan hanya karena biaya sekolahnya relatif murah jika dibandingkan dengan sekolah sejenisnya. Akan tetapi, pola pemilihan warna bangunan serta konsep tata ruang area yang eksotis dan lembut, membuat anak-anak merasa nyaman, senang dan bebas layaknya sedang rekreasi di sebuah taman.

Selama kurang lebih dua jam berada di kawasan ini, Fadia anak pertama saya merasa nyaman dan senang. Dua saung berukuran kira-kira 4 kali 3 meter yang berada tepat di depan ruang kelas menambah nuansa berbeda. Sementara, di bagian selatan bangunan sekolah, terlihat beberapa jenis tanaman mulai kacang panjang, cesim, pare dan mangga yang mengelilingi rumpunan bambu kerdil dengan suara derau gemerisik saat angin menerpanya bak nyanyian alam, memperdalam kesan bahwa kita memang sedang rekreasi.

Luas area SDIT E-Qolam sendiri mencapai kurang lebih 5.000 meter persegi dengan luas bangunan kira-kira 300 meter. Meski baru didirikan tahun 2009 tapi kepercayaan masyarakat cukup tinggi. Terbukti, penerimaan siswa baru pada kali pertama tahun ajaran yaitu 2009, ada 33 siswa yang sekolah di tempat ini.

Kesempurnaan sekolah ini semakin nyata ketika kita menengok di samping area sekolah, dimana terdapat water park Bumi Mutiara Serang (BSM), yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari sekolah. Bagi orangtua yang mengerti hakekat pendidikan anak dan menjadikan sekolah sebagai tempat, yang menyenangkan bagi anak-anak. SDIT El-Qolam sepertinya bisa menjadi pilihan sekolah putra-putri anda.

Untuk menuju ke sekolah ini tidaklah sulit karena lokasinya diapit oleh beberapa pusat keramaian, pada bagian utara oleh Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten, di bagian selatan oleh Markas Polda Banten, sementara di bagian barat oleh Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot) Serang. Sedangkan bagian timur sekolah sendiri merupakan perbatasan antara Kota Serang dengan Kabupaten Serang. ***

Duh Nikmatnya Makan Udang & Soup Ikan


Duh… nikmatnya makan udang tepung goreng dan soup ikan. Gurih, renyah dan enak, ketiga rasa ini menyatu dengan gaya lesehan yang merupakan trend rumah makan saat ini.

Abu Hazimah Ayu Fadia-SERANG

Akhir Februari 2009, kami bertiga menyempatkan mampir di rumah makan soup ikan Taktakan. Sekitar pukul 13.00 WIB, usai shalat Dzuhur berjamaah bersama istri, kami ditemani Fadia anak pertama saya, mengunjungi rumah makan yang lokasinya tak jauh dari taman Kopassus, Taktakan, Kota Serang, Provinsi Banten.

Kami bertiga bersyukur karena saat tiba di lokasi saat pengunjung masih sepi sehingga menunggunya tidak terlalu lama. Meskipun jarak dari rumah kami ke rumah makan hanya ditempuh kurang lebih 15 menit. Namun, kalau harus menunggu terlalu lama rasanya sakit hati juga.

Jika dilihat dari design bangunannya, rumah makan yang berdekatan dengan Tol Serang Barat ini tidak jauh berbeda. Papan nama, beberapa jenis tanaman, ruang makan resmi dan lesehan termasuk musola, hampir bisa kita temui di rumah makan lainnya.

Saya sendiri awalnya tak menyangka kalau soup ikan di rumah makan ini cukup eksotis. Keringat bercucuran, segar, pedas, dan bergairah, itulah yang saya rasakan ketika makan soup ikan di rumah makan ini.

10 menit usai memencet bel, pelayan menghampiri kami seraya menyodorkan menu makanan yang tertera di lembar kertas printour warna. “Mau pesan apa pak,” kata pelayan wanita berkerudung.

Tanpa pikir panjang dan mengisi menu, saya langsung meminta soup ikan porsi untuk dua orang dan udang tepung goreng. Fadia yang selama perjalanan tidur akhirnya bangun dan seperti biasa tangganya langsung kreatif menyambar benda-benda yang ada di atas meja.

Tak lama kemudian, makanan pun datang dengan aroma yang menggiurkan seperti mengajak kita perang mulut. Upaya menghindari “kerusuhan” dari Fadia, saya diberi kesempatan untuk makan terlebih dahulu, sedangkan istri mengawasi Fadia yang sudah semakin agresif.

Aroma asap soup yang masih hangat dan kumpulan udang goreng, perutnya saya langsung mengajak bernyanyi keroncong. Tanpa pikir panjang soup ikan langsung saya santap dan semakin terasa nikmatnya. Lima belas menit kemudian, giliran istri yang makan sementara saya mengajak keliling rumah makan sambil melihat tanaman di sekitarnya.

Kini, makan sudah selesai dan kehangatan badan sudah terasa. Untuk kedua kalinya saya memencet bel, kali ini untuk keperluan membayar. “Semuanya Rp 90.000 pak,” kata pelayan yang langsung saya jawab dengan sodoran uang dua lembar Rp 50.000-an.

Disinilah kami berdua dibuat tertawa bercampur bangga, ketika melihat Fadia seperti enggan pergi dari tempat ini. Sambil makan udang tepung goreng, Fadia tampak menikmati dengan hati. Senyumanya yang lebar membuat dua buah giginya terlihat dan menambah gadis kecil yang lahir 20 April 2008 ini semakin lucu.

Kami berdua tertawa melihat tingkah Fadia kali ini. Udang yang menurut ukuran anak seusia Fadia besar, dilahap dengan penuh perasaan. “Duh gayanya anak Umi,” kata istri seraya tertawa bangga.

Mungkin kalau diterjemahkan dengan bahasa kita, Fadia akan mengatakan jangan pergi dulu udangnya belum habis nih. Selama kurang lebih 10 menit, aksi Fadia makan udang menjadi penghibur kami berdua. Usai cuci tangan akhirnya kami bertiga pun meninggalkan rumah makan ini dengan kepuasan yang sempurna. **


Dari Batik sampai Bakpia Pathok


Kagum dan bangga menyelinap di hati saya ketika melihat Kota Solo dan Jogjakarta. Betapa tidak, kota yang kecil tapi ternyata penataan kotanya rapi sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Tak heran, di dua kota ini banyak wisatawan asing dan domestik yang berkunjung.

Oleh Abu Hazimah Ayu Fadia

Kamis (12/2) sekitar pukul 18.00 WIB, saya dan rombongan Pansus pemekaran desa DPRD Kabupaten Serang, tiba di bandara Adi Sucipto, Kota Solo, Jawa Tengah. Melihat kondisi Bandara waktu itu saya belum melihat keunikan Kota Solo yang sesungguhnya.

Di pintu keluar bandara yang kelihatan mungil, bus dari hotel yang akan menjadi tempat istirahat kami sudah menunggu. Sekitar 15 menit berada di bandara akhirnya rombongan bergerak menuju rumah makan pring sewu, sebelumnya akhirnya ke hotel.

Disinilah, saya mulai merasakan hawa dan pemandangan Kota Solo yang cukup mengaggumkan. Kreatifitas dan inovatif, sepertinya menjadi karakter warga Solo. Kesimpulan ini bisa dilihat dari pelayanan yang diberikan oleh rumah makan pring sewu, yang tak hanya menyediakan menu makanan tapi juga menghiasi area restoran dengan aneka permainan sulap.

Usai makan malam, kami langsung istirahat di Hotel Novotel di jalan Slamet Riyadi. Jalan ini merupakan jalan protokal yang berarti pusat ibukota Solo. Rasa penasaran saya tentang wajah malam Kota Solo tak tertahankan. Sekitar pukul 20.00 WIB, saya dan ajudan Ketua DPRD Kabupaten Serang berkeliling ke pusat-pusat keunikan Solo dengan menggunakan jasa tukang becak.

Keliling malam Kota Solo pun kita lakukan, dimulai dari keraton Solo, pasar klewer, kampung kauman dan pusat kuliner. Sayang, waktu itu pasar klewer dan kampung kauman sudah tutup. Padahal, di dua tempat inilah pusat penjualan batik khas Solo diobral. Menurut informasinya, kampung kauman adalah sebuah perkampungan yang hampir seluruh warganya masih mempertahankan tradisi batik.

Sedangkan pasar klewer adalah pusat penjualan batik yang konon harganya miring hingga 360 derajat celcius alias sangat murah. Sekitar pukul 23.00 WIB, usai keliling saya kembali ke hotel untuk istirahat setelah sebelumnya sempat mampir di pusat wisata kuliner.

Keesokan harinya, perjalanan hari kedua dalam kunjungan dilanjutkan ke Jogjakarta, Jumat (13/2) sekitar pukul 13.00 WIB. Perjalanan dari Kota Solo ke Jogjakarta, tepatnya di Hotel Ina Garuda, Malioboro, ditempuh sekitar 1,5 jam. Sepanjang perjalanan menuju ke Jogjakarta saya enggan memejamkan mata karena ingin melihat pemandangan alam Kota Gudeg ini.

Sekitar pukul 14.30 WIB saya dan rombongan pun tiba di hotel dan langsung chek in, setelah itu, istirahat sebentar dan dilanjutkan jalan-jalan menyusuri Kota Jogjakarta. Mulai dari jalan Malioboro, keraton Jogja, benteng vredeburg, museum hingga ke pabrik bakpia pathok.

Ketika itu, saya memilih menggunakan delman untuk berkeliling karena ongkosnya relative murah cukup Rp 15 ribu, kita sudah bisa keliling ke tempat-tempat keramaian Jogja hingga ke pabrik bakpia pathok, yang merupakan oleh-oleh makanan khas Jogja. Oleh pelayan saya diizinkan melihat proses pembuatan bakpia, kesempatan ini tak saya sia-siakan dengan mengambil foto dan membeli lima kotak bakpia.

Usai keliling, badan terasa letih dan saya pun langsung ke hotel untuk istirahat untuk persiapan pulang ke Kota Serang. Yah, meski cukup singkat perjalanan ini tapi Solo dan Jogja merupakan kota yang cukup mengaggumkan bagi saya. Kota yang kecil tapi penataanya rapi sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung. Mudah-mudahan, suatu saat saya bisa datang ke kota ini lagi bersama keluarga. ***