Di Bali, Kamar Hotel Kok Banjir?


Rombongan studi banding Panitia Khusus (Pansus) DPRD Kabupaten Serang tertawa ketika mendengar kamar hotel salah satu anggota kebanjira. “Kok bisa kamar hotel kebanjiran?” tanya salah satu staf kepada anggota Dewan karena penasaran.


OLEH ABU HAZIMAH AYU FADIA-BALI

Usai melakukan studi ke DPRD Kabupaten Badung, Provinsi Bali, rombongan termasuk saya langsung menuju ke Hotel Harris, sekira 200 meter dari Pantai Kuta. Waktu itu sekira pukul 20.00 WIB. Mungkin karena kelelahan, salah satu anggota Dewan (demi etika tidak perlu saya tulis namanya) bermaksud ingin berendam di kamar mandi. Dibukalah kran agar bak mandi terisi tapi sayangnya terlalu penuih, sehingga ketika badan orang tersebut masuk ke bak mandi maka air pun tumpah hingga air memuncrat sampai ke ruang tidur.

Ketika saya masuk ke kamar, kaget. Lah, kok kamar banjir nih,” kata Mansur, salah seorang rekan satu kamar menceritakan. Awalnya, dia tidak mengetahui penyebab kebanjiran berasal dari kamar mandi. Setelah rekannya selesai mandi barulah ia cerita bahwa tadi air di bak mandi terlalu penuh sehingga tumpah. “Seketika itu saya tertawa sendiri di dalam kamar,” kisah Mansur.

Kisah ini menjadi bumbu perjalanan saya saat mengikuti kegiatan para wakil rakyat ini. Dalam rombongan ada yang mencibir karena peristiwa itu dianggap memalukan. “Dusun bapak ini mah,” kata salah seorang staf sambil tertawa.

Di DPRD Kabupaten Badung, yang berada di Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung saya kagum karena seluruh gedung instansi pemerintah berlantai tiga dan menggunakan lift. “Ini kabupaten loh, bukan provinsi atau kota,” gumam saya ketika melihat kawasan tersebut.

Menurut keterangan pejabat yang menemui kami, pembangunan kawasan Puspemkab Badung berasal dari pinjaman Bank Bali kurang lebih 150 miliar. “Luasnya sekira 40 hektar yang menampung seluruh SKPD Se-Kabupaten Badung,” jelas salah satu pejabat kepada rombongan.

Karena tujuan rombongan adalah menggali informasi terkait kreativitas Pemkab Badung dalam menggali potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor wisata, poin ini yang kemudian kita tanyakan secara spesifik kepada pejabat setempat. Dari penjelasan pejabat Badung, rombongan kaget karena PADnya menembus Rp 800 miliar sebanding dengan APBD Kabupaten Serang.

Pikir saya wajar wong banyak objek pariwisatanya, tapi ternyata PAD sebesar itu bukan dari penarikan pajak atau retribusi objek wisata melainkan hotel dan restoran. “Terus terang objek wisata kita minim, tapi kita pikirkan bagaimana caranya supaya wisatawan menginap di daerah Badung. Jadi, wisata silahkan kedaerah lain di Bali tapi menginap dan makan mesti kita tarik ke Badung,” kata salah satu pejabat.

Maka jangan heran kalau di Badung banyak sekali hotel dan restoran, terutama di sepanjang jalan di kawasan Pantai Kuta. Ketika saya keluar malam sekira pukul 24.00 WIB, suasana pinggiran Kuta masih ramai oleh wisatawan asing. Mereka ngobrol dan nongkrong di cafe dan restoran sambil menikmati suara deburan ombak. “Mungkin ini kali ya, kenapa para orang yang disangka teroris melakukan pengeboman,” kata saya dalam hati.

Jika ini yang dijadikan alasan saya kurang sependapat karena mereka juga manusia, yang membutuhkan sentuhan rokhani dari para juru kebenaran. “Islam itu kan ramhmatan lil alamin, bukan hanya untuk umat muslim sendiri,” kata Imam Syafii dalam autobiografinya.

Pagi harinya sekira pukul 06.00 WIB, disaat deburan ombak mulai terlihat jelas, matahari mulai bangun dari mimpinya. Saya dan beberapa anggota Dewan keliling kawasan Kuta dengan sepeda. Tujuan kami adalah lokasi pengeboman di museum Bom Bali I sekira 30 menit dari hotel dimana kami menginap.

0 Response to "Di Bali, Kamar Hotel Kok Banjir?"